Minggu, 11 Januari 2015

Proteksi income

Bagi anda yang sudah mapan dalam Bekerja,Berbisnis bahkan dalam berumah tanggapun sangat penting untuk memproteksi income anda.

Proteksi income adalah perlindungan atas nilai ekonomi seseorang terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul,resiko pasti dan resiko tidak pasti.Memastikan kesejahteraan hidup keluarganya dengan mempertahankan kelangsungan income yang selama ini diberikan,tanpa perlu terputus akibat resiko kehidupan yang terjadi.

Resiko pasti
setiap umat,hakekatnya akan berpulang kepada sang Khalik,hanya saja kita tidak tahu pastinya kapan.Adalah kita sebagai kepala keluarga,atau pengganti kepala keluarga,yang menjadi penopang hidup,pencari nafkah yang utamanya untuk keluarga,yang setiap bulannya memberikan segala kebutuhan keluarga tercinta,bila tiba pada saatnya resiko pasti datang,maka terputuslah income yang selama ini ia berikan.


Bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan?
Perhitungan proteksi income anda bisa dirumuskan dengan :

( Usia pensiun anda – usia anda saat ini ) x 12 bulan x income perbulan = Proteksi Income anda.
 

Resiko tidak pasti,
 

Kecelakaan,baik itu atas kecerobohan kita atau kecerobohan orang lain yang mengakibatkan cacat tetap,juga sangat erat sekali kaitannya dengan jenis pekerjaan atau usaha anda.

Pola hidup seseorang sangat beragam.Apakah anda seorang perokok,alkoholik?Bagaimana dengan pola makan dan menu sehari-hari anda ? Saat ini,kita seperti diintai dengan berbagai macam jenis penyakit,yang notabenenya juga dapat timbul dari pola hidup dan kebiasaan kita sehari-hari .Stroke,serangan jantung dan penyakit kritis lainnya seperti menjadi trend atau mimic yang ditakuti oleh semua kalangan.Menjaga kesehatan adalah proteksi yang termurah untuk kita agar tetap dapat beraktivitas.
 
Seorang ayah memiliki penghasilan 120juta pertahun atau 10juta perbulan.
Artinya agar keluarganya dapat hidup sama seperti hari ini selama 10 tahun kedepan ketika sang ayah mendadak DIPANGGIL OLEH - NYA maka sang ayah HARUS MEMPERSIAPKAN PENGGANTI INCOME berupa ASURANSI JIWA sebesar minimal 1,2 MILIAR.1,2 miliar dapat dipersiapkqn hanya dengan menyisihkan 35rb/hari

Mari kita mulai dengan yang lebih kecil
Mempersiapkan pengganti income 600jt sehingga saat kita dipanggil tuhan kemarin,hari ini keluarga kita dapat hidup dengan biaya hidup 5juta perbulan sampai 10 tahun kedepan HANYA DENGAN MENYISIHKAN 20RB/HARI

BAYANGKAN  :
1.bagaimana keluarga anda saat anda tidak ada lagi,ketika anda adalah kepala keluarga dan anda tidak punya pengganti income seperti diatas?
2.bagaimana bahagianya keluarga anda saat anda punya pengganti income tersebut hanya dengan MENYISIHKAN 20RB/HARI


KESIMPULAN :
proteksi  income mutlak dimiliki tiap pencari nafkah dalam keluarga.jika pencari nafkah dalam keluarga meninggal  karena sesuatu hal yang tidak bisa bekerja lagi tentu penghasilan akan berhanti , namun biaya hidup keluarga harus tetap berjalan disinilah pentingnya PROTEKSI INCOME.



Segera miliki Proteksi Income untuk keluarga untuk memastikan financial Keluarga dengan mempertahankan kelangsungan hidup keluarga anda .




Pilihan Proteksi Income anda : 

200 JUTA 
500 JUTA 
1 MILIAR 
5 MILIAR 
10 MILIAR 

Cukup menginformasikan Tanggal lahir anda dan Pilihan Proteksi Income di atas kami akan menghitung besaran Kontribusi Premi anda 

HUBUNGI KAMI 

 Otto Cipto 
0812 18 546 563 
 Sinarmas MSIG Life 


 

 

Menjadi bangkrut karena tidak berasuransi



Tidak ada orang yang bangkrut karena ikut asuransi, tapi banyak orang yang jadi bangkrut karena tidak ikut asuransi kesehatan & kritis .Tiap orang bekerja untuk mencari nafkah supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengumpulkan sejumlah asset yang dapat digunakan saat ini atau masa depan atau diturunkan kepada keturunan selanjutnya. 

Kebanyakan dari Anda mungkin memerlukan perjuangan yang cukup panjang dan penuh keringat dalam mengumpulkan asset tersebut. Anda berharap asset tersebut dapat Anda nikmati pada waktunya nanti.

Namun ketika musibah datang tidak terduga dan diharapkan, misal terjadi penyakit kritis (seperti kanker) dalam keluarga Anda, dimana dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan terus menerus, dari manakah sumber dana tersebut? Jika Anda tidak memiliki proteksi atau asuransi sama sekali, artinya asset Anda adalah jaminan biaya kesehatannya. 

Mau tidak mau, Anda harus menjual aset-asset untuk membayar tagihan Rumah Sakit. Pelan-pelan tapi pasti, asset Anda akan berkurang terus, bahkan bisa sampai habis tak tersisa.

Pepatah mengatakan : “Seseorang dapat Bangkrut karena tidak memiliki Asuransi, namun Tidak ada yang bangkrut karena memiliki Asuransi”

 
Akhir-akhir ini semakin banyak kita menyaksikan para artis & tokoh menderita berbagai penyakit kritis, diantaranya :

GUGUN GONDRONG - Tumor Otak

CHRISYE - Kanker
INDRO “warkop” - Jantung
PEPENG - penyakit langka Multiple Sclerosis
Ibu AINUN Habibie - Kanker
FRANKY SAHILATUA - Kanker Sumsum
MenKes ENDANG Rahayu S - kanker
paru-paru.

Karena biaya pengobatan yang tinggi banyak keluarga kaya jatuh miskin.

Artis² mengadakan malam penggalangan dana untuk membantu biaya pengobatan Gugun Gondrong, Chrisye maupun Franky Sahilatua.

Jika tidak memiliki Asuransi yang cukup maka biaya akan terasa sangat berat yang berakibat membebani keluarga serta orang² di sekitarnya.


Di sela² malam amal untuk Franky Sahilatua, Purwacaraka berucap :

"Ini diharapkan bisa jadi pelajaran agar tidak terulang kepada musisi atau semua orang. Betapa penting & harusnya ada asuransi itu.
Sehingga jika terjadi kejadian seperti ini, bisa ada yang meng-cover," kata Purwacaraka. (detikhot.com)

B.J. Habibie dalam bukunya Habibie & Ainun menuliskan bahwa beliau sangat terbantu oleh Perusahaan Asuransi yang meng-cover biaya pengobatan Ibu Ainun Habibie di Jerman


Jangan sampai Anda & Keluarga

mengalami hal yang sama.

Sudahkah Anda & keluarga memiliki Asuransi yang MENCUKUPI utk BIAYA PENGOBATAN YG SEMAKIN MAHAL ini ?


Sudahkah anda memiliki Asuransi yg PERLINDUNGANNYA bener2 sesuai dg KEBUTUHAN HIDUP keluarga anda tercinta ?

Penyakit datangnya tiba2 & serba tak terduga biayanya seakan2 seperti perampok yg langsung menguras harta benda kita. Asuransi bukan hanya bisa membantu diri kita sendiri tetapi bisa juga membantu keluarga tercinta kita apabila kita terkena musibah yg tak terduga.
 
Jadi disini Asuransi berfungsi sebagai ALAT PROTEKSI ASSET Anda. Oleh karena itu, hitung dengan baik Uang pertanggungan yang layak Anda dapatkan, agar asuransi Anda benar-benar berfungsi sebagai alat proteksi asset-asset Anda.

Hubungi Kami untuk membantu menyusunnya bersama dengan Anda..

Menyiapkan biaya untuk penyakit kritis

Kompas.com - Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan di tahun 2020 bakal terjadi peningkatan penyakit jantung sampai 137 persen di negara berkembang, sementara di negara maju peningkatannya "hanya" 48 persen. Bukan hanya itu WHO juga menyebutkan tiap tahunnya terjadi 36 juta kematian akibat penyakit kritis seperti kanker, jantung dan diabetes.
 
Angka-angka tersebut sungguh fantastis, apalagi sekitar 80 persennya terjadi di negara miskin dan berkembang. Menurut dr.Handrawan Nadesul, pengasuh berbagai rubrik kesehatan, karateristik kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya memang berbeda dengan di negara maju.

"Orang Indonesia suka menunda untuk berobat. Selain itu 80 persen penduduk masih jauh dari harapan hidup sehat karena mereka tidak mampu berobat. Banyak dari masyarakat yang akan jatuh miskin ketika sakit," paparnya dalam acara peluncuran Pruearly Stage Crisis Cover dari Prudential di Jakarta (25/7).

Selain itu pendidikan kesehatan masyarakat juga masih rendah. "Kebanyakan orang Indonesia tidak waspada terhadap gejala-gejala penyakit yang dirasakan. Mereka juga cenderung mengabaikannya sehingga penyakitnya memburuk," katanya.

Perjalanan penyakit kritis menurut dr.Handrawan berjalan hingga puluhan tahun, sehingga pada dasarnya perburukan penyakit bisa dicegah. Sebut saja misalnya serangan jantung yang tidak terjadi secara kilat namun proses penyumbatannya terjadi puluhan tahun.

"Syarat untuk mengetahuinya adalah deteksi dini. Namun masyarakat kita tidak punya kebiasaan melakukan check up. Banyak yang masih menggagap hal itu memboroskan uang," katanya.

Kebiasaan "lari" kepada pengobatan alternatif juga dinilai dr.Handrawan sebagai faktor yang memperberat perburukan penyakit. "Padahal jika kanker atau penyakit lain segera ditangani dokter harapan sembuhnya masih ada. Namun karena lebih percaya pada pengobatan alternatif, stadium penyakitnya sudah keburu tinggi," imbuhnya.

Persoalan lain yang dihadapi masyarakat adalah masih banyak yang tidak dilindungi asuransi kesehatan. Akibatnya, jika menderita sakit kritis yang membutuhkan obat-obatan dan terapi medis berbiaya tinggi, mereka kesulitan biaya.

Untuk mengatasinya, menurut dr.Handrawan yang harus dilakukan adalah perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat serta melakukan upaya deteksi dini. "Bila punya faktor risiko genetik, misalnya orangtua, kakek-nenek, atau saudara menderita penyakit tertentu, lakukan check up berkala minimal setahun sekali," katanya.

Cara lain untuk menyiapkan diri dari beban finansial yang tinggi adalah mengikuti asuransi. "Terkena penyakit kritis bisa berdampak serius pada kestabilan finansial individu," kata William Kuan, Presiden Direktur Prudential Indonesia, dalam kesempatan yang sama.

Tekanan finansial yang dihadapi oleh penderita penyakit kritis, menurut William, bisa dikurangi dengan mengikuti program asuransi kesehatan. "Dengan dukungan finansial dari lembaga asuransi, mereka bisa memfokuskan energi mereka pada proses pengobatan dan pemulihan penyakit," katanya.

85% pasien dan keluarga bangkrut karena kank



Jakarta, Kompas - Studi awal dari Fase II ASEAN Costs in Oncology menunjukkan, 85 persen pasien dan keluarga bangkrut karena menanggung biaya obat dan perawatan kanker. Ini indikasi kanker berpotensi membuat keluarga ekonomi menengah dan rendah menjadi semakin miskin.

”Jika di keluarga ada yang menderita kanker payudara, biaya perawatan bisa mencapai Rp 200 juta setahun. Maka, orang yang berpenghasilan Rp 10 juta per bulan bisa bangkrut,” kata Prof Hasbullah Thabrany dari Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan dan Analisa Kebijakan, Universitas Indonesia, pada peluncuran Fase II Studi ASEAN Costs in Oncology (Action), Jumat (16/12), di Jakarta.

Action adalah kajian multinasional tentang dampak sosial ekonomi kanker yang dilakukan oleh The George Institute, Sydney, difasilitasi oleh The ASEAN Foundation dan Roche Asia Pasifik. Studi dilakukan di delapan negara ASEAN, yaitu Malaysia, Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, studi akan dilaksanakan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, pada 2.400 pasien kanker dan keluarga.

Studi dimulai Januari 2012 di 12 rumah sakit, yaitu RS Dharmais, RS Cipto Mangunkusumo, RS Medistra, dan MRCCC (Jakarta); RS dr Hasan Sadikin (Bandung); RS dr Kariadi (Semarang); RS dr Sardjito (Yogyakarta); RS dr Sutomo dan Klinik Onkologi (Surabaya); RS Sanglah (Denpasar); RS dr Wahidin Sudirohusodo (Makassar); serta RS dr Adam Malik (Medan).

Masukan bagi pemerintah

Selama setahun pasien dan keluarga dipantau beban keuangannya, dari sisi perawatan ataupun biaya tidak langsung, seperti transportasi. Selain mengetahui besaran biaya untuk penderita kanker dan keluarganya selama perawatan, hasil studi bisa menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam pengendalian kanker. Menurut Hasbullah, penelitian akan selesai tahun 2013, dan diharapkan menjadi masukan bagi kebijakan pemerintah terkait penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional tahun 2014.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mendukung studi ini. Ia memaparkan, kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian global dengan angka 13 persen (7,4 juta) dari semua kematian per tahun. Sebanyak 70 persen kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi tumor 4,3 per 1.000 penduduk di Indonesia. Kanker penyebab kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes. Menurut sistem informasi RS, jenis kanker tertinggi di RS seluruh Indonesia pada pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4 persen), disusul kanker leher rahim (10,3 persen).

Di Indonesia, 70 persen kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut. Akibatnya, angka bertahan hidup rendah dan menyerap anggaran besar. Data PT Askes, kanker menempati urutan keempat penyerapan biaya rawat jalan dan tindak lanjut pada 2010

20% masyarakat menengah atas jatuh miskin karena sakit kritis



Negara Indonesia rawan penyakit kritis dibandingkan negara-negara maju. Berbeda dengan kondisi di negara maju, di Indonesia, 80 persen masyarakatnya jauh dari harapan hidup sehat. Banyak masyarakat kita akhirnya menderita penyakit kritis karena tak kunjung berobat, akibat kekurangan uang. Sementara itu, 20 persen masyarakat menengah ke atas uangnya habis untuk mengobati penyakit berat. Hal ini terjadi karena mereka kurang peduli untuk melakukan pemeriksaan dini.

"Mayoritas penduduk Indonesia cenderung tidak waspada dan menunda pengobatan, sehingga penyakit terlambat diketahui atau sudah telanjur stadium lanjut. Masyarakat seringkali mengabaikan check up atau deteksi dini," ujar pengamat kesehatan Dr Handrawan Nadesul di Jakarta, kemarin.

World Health Organization (WHO) dan World Bank memperkirakan, 12 juta penduduk Indonesia didiagnosa menderita penyakit kritis tahun lalu. Sementara itu, tahun 2008, ada 36,1 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kritis.

Berdasarkan banyaknya penderita, penyakit kritis pada urutan pertama di Indonesia adalah jantung, kanker dan tumor, serta hipertensi. Berdasarkan prediksi Kementerian Kesehatan tahun 2011, jumlah penderita kanker akan mendekati penyakit jantung dan stroke, yaitu sekitar 230 ribu. Sementara itu, jumlah pasien kanker, penyakit jantung, dan stroke diproyeksikan mencapai 750 ribu.

Menurut Dr Hendrawan, penanganan penyakit kritis sejak awal sangat penting. Sebab, jika sudah terlambat, biayanya akan semakin tinggi. Check up bisa mengurangi biaya perawatan kesehatan. Pasalnya, semakin dini penyakit diketahui, pengobatan akan semakin mudah dan murah.

Jika sudah stadium lanjut, pengobatan bakal lebih sulit dan biayanya pun mahal. "Meski akhirnya berhasil diobati, penyakit sudah telanjur menyebar. Pasien yang sembuh juga akan cacat, karena salah satu organ tubuhnya telah rusak. Misalnya penyakit stroke, walaupun sudah diobati dan sembuh, pasien tetap saja cacat. Penderita tidak bisa sehat seperti semula, sehingga kualitas hidupnya akan buruk," jelas dia.

Itulah sebabnya, lanjut Handrawan, check up perlu dilakukan. Selain meminimalisasi biaya, deteksi dini bermanfaat untuk menjaga kualitas hidup kita.

"Salah satu kesalahan masyarakat Indonesia adalah masih percaya pada pengobatan alternatif. Ketika merasa nyeri bukannya langsung berobat, malah mampir ke orang pinter dulu. Akibatnya, saat diperiksakan ke dokter, kondisinya sudah ‘terlambat’," imbuhnya.

Handrawan menjelaskan, penduduk Indonesia lebih berisiko terkena penyakit kritis terutama karena enam faktor.

Faktor pertama adalah wawasan kesehatannya yang masih rendah. Kedua, sistem family doctor belum menjadi tradisi. Ketiga, check up belum menjadi kegiatan rutin. Keempat, tidak semua masyarakat mampu berobat setiap sakit. Kelima, meningkatnya pendapatan kalah cepat dengan percepatan kenaikan ongkos berobat. 

Keenam, dampak globalisasi yang terakulturasi, seperti gaya hidup kebarat-baratan, terutama mengonsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan lemak.

 
"Menu harian yang tidak sehat menjadi penyebab utama penyakit kanker. Bukan hanya porsi makan yang harus diperhatikan, tetapi juga kualitas makanan yang dikonsumsi," katanya.

Ia memaparkan, jajanan banyak yang mengunakan bahan-bahan kimia yang mengandung zat adiktif. Contohnya, dalam krupuk dan kripik terdapat obat penggaring. Demikian pula dalam mi ada obat antilengket.

 
“Gula pasir dan bahan penyedap makanan juga mengandung bahan kimia. Orang yang mengonsumsi makanan tersebut dalam menu harian, selama puluhan tahun, tentu beresiko terkena kanker,” tandasnya.

Untuk menghindari kanker, Dr Handrawan menganjurkan mengonsumsi makanan sehat, seperti ubi, singkong dan daunnya, bayam, kangkung, serta buah-buahan. Selain itu, masyarakat juga harus sering berolahraga, misalnya jalan kaki selama 45-50 menit.

"Saat ini, orang-orang yang paling sehat di dunia berasal Okinawa, Jepang. Usia mereka bisa mencapai angka maksimal manusia hidup, yakni 120 tahun. Ini dikarenakan mereka masih mengonsumsi makanan tradisional yang sehat," ujarnya.

Dr Handrawan menjelaskan, penyakit kritis yang beresiko kematian menguras biaya yang tinggi, karena memerlukan terapi yang mahal. Pengobatannya membutuhkan peralatan medis yang canggih.

Biaya itu akan sangat membebani keuangan keluarga. "Oleh karena itu, check up merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan. Bagi yang berpotensi terkena kanker atau orangtua dan keluarganya pernah terkena kanker, sebaiknya check up enam bulan sekali. Sedangkan orang yang tidak berpotensi kanker bisa check up setahun sekali," imbuhnya.

Menjalani gaya hidup sehat dan melakukan check up medis, lanjut Handrawan, merupakan upaya yang efektif untuk meminimalisasi risiko terkena penyakit kritis. Apalagi, kemajuan teknologi saat ini membuat check up medis lebih akurat dalam mendeteksi penyakit kritis sejak dini. (IZN - pdpersi.co.id)


Sabtu, 10 Januari 2015

Proteksi keluarga sejak dini dengan asuransi kesehatan

Pentingkah asuransi kesehatan bagi kita? Berdasarkan data Bapepam – LK (2010), Hanya 17,5 persen orang Indonesia di kota-kota besar yang sudah memiliki asuransi jiwa. Ironisnya lagi, hasil survei Mark Plus (2011) menyebutkan bahwa 3 dari 5 orang Indonesia tidak punya persiapan jika menghadapi risiko kesehatan atau kematian.

Bagi mereka yang memiliki asuransi, menurut Mark Plus,  ternyata dana cadangan yang tersedia untuk melindungi keluarga dari musibah di masa depan rata-rata sekitar Rp 25 juta. Cukupkah dana sebesar itu untuk proteksi masa depan kita dan anggota keluarga?

Padahal, tanpa kita sadari biaya pengobatan selalu naik tiap tahun. Berdasarkan survei Global Medical Trends Survey Report dari Tower Watson tahun 2012, biaya kesehatan di Indonesia tahun lalu naik 14% dibandingkan tahun 2011. Penyebabnya ada tiga faktor. 

Pertama, sebesar 52% dikarenakan biaya teknologi medis terbaru lebih tinggi. Kedua,sebesar  50% pengobatan yang diberikan kepada pasien terlalu berlebihan. 
Ketiga, 31% sarana kesehatan untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. 

Pada periode yang sama, rata-rata kenaikan pendapatan orang Indonesia hanya 1,2% per tahun berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk 2011-2012.

Sementara itu, penyakit selalu datang kapan saja, berapapun usia, jabatan maupun profesi Anda. Tidak peduli penyakit ringan maupun kritis, seperti jantung, kanker, diabetes atau stroke siap menyerang. Dan tahukah Anda bahwa 53% kematian di Indonesia disebabkan  oleh sakit  jantung.

Saat ini mayoritas orang Indonesia, khususnya  usia muda, cenderung enggan membeli asuransi kesehatan. Alasannya, tubuh masih sehat, jarang sakit kronis dan produktif. Apalagi, perusahaan tempat kita bekerja menyediakan tunjangan kesehatan. Akibatnya,  rata-rata orang berpikir 2-3 kali untuk membeli asuransi kesehatan.

Pentingnya proteksi setidaknya tergambar dari sejumlah fakta yang mengemuka di masyarakat akhir-akhir ini. Faktanya 86% penghasilan ekonomi keluarga digunakan sebagai sumber dana pengeluaran biaya kesehatan (Kompas); 80% keluarga mengalami masalah ekonomi ketika anggota keluarganya menderita; penyakit kanker (Kompas); 70% orang Indonesia membayar sendiri kesehatan mereka (IMF); 

1,2 juta orang Indonesia mencari pengobatan ke luar negeri setiap tahunnya dan Rp 1,2 triliun uang yang dihabiskan untuk pengobatan ke luar negeri setiap tahunnya.

“Sehat itu mahal.” Begitulah kalimat yang jamak diungkapkan orang untuk mendorong hidup sehat. Ungkapan itu mengingatkan bahwa menjaga kesehatan itu penting sekali, sebab jika sampai terjatuh sakit, maka biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal. Apalagi jika yang menderita sakit dalam keluarga adalah tulang punggung atau pencari nafkah utama. Bisa dibayangkan betapa mengkhawatirkan.


tren positif atas perkembangan kesehatan orang-orang di seluruh dunia. Pertama, secara umum orang-orang sekarang memiiki masa hidup lebih lama. Kedua, dunia pengobatan semakin canggih,  sehingga kian banyak orang yang dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit berbahaya atau mematikan.

Namun, tidak dapat dipungkiri makin lama biaya pengobatan atau rumah sakit makin melambung karena teknologi dan fasilitasnya makin canggih. “Untuk itu, dengan berkembangnya usia rata-rata hidup pasti problem kesehatan jadi utama. Dan masalah kesehatan tak bisa lepas dari problem keuangan,” tegas Sukono Djojoatmodjo, Dokter Spesialis Saraf RS Premier Jatinegara, menambahkan.

Mengutip hasil survei Global Medical Trends Report dari Towers Watson di 2012, rata-rata kenaikan biaya pengobatan di Indonesia sepanjang tahun 2009-2011 naik dari 10,7% menjadi 13,55% per tahunnya. Padahal, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik untuk tahun 2011-2012, kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia hanya 1,2% tiap tahun. 

Bisa ditebak,  ada kesenjangan yang lebar antara kebutuhan kesehatan dan ketersediaan dana. Alhasil, masyarakat perlu mengelola keuangannya dengan baik supaya bisa menopang biaya kesehatan yang kian tinggi.

Berdasarkan survei, sebanyak 70 persen penduduk Indonesia membiayai sendiri biaya dokter atau rumah sakit.” Artinya, kesadaran masyarakat Indonesia untuk mempunyai asuransi kesehatan masih rendah. Padahal, ia menegaskan, asuransi adalah sebuah solusi dari kondisi yang tak berimbang tersebut.

Bagaimana memilih produk asuransi kesehatan yang ideal? Tips memiliki asuransi kesehatan yang tepat ada tiga. 
Pertama, periksa anggaran yang Anda miliki. 
Kedua, pilihlah perlindungan yang memberikan ketenangan dalam setiap tahap kehidupan Anda. 
Ketiga, miliki asuransi yang sesuai anggaran Anda

perusahaan asuransi ini pun terus berinovasi menelurkan produk-produk terbaik. “Fokus kami pada nasabah menuntut kami untuk terus mencari cara dalam memberikan solusi keuangan yang tepat, dan peluncuran Sun MED mencerminkan usaha kami yang berkelanjutan untuk senantiasa memenuhi kebutuhan nasabah

adalah sebuah asuransi tambahan yang menawarkan manfaat lebih untuk biaya rawat inap dan operasi. Produk ini ditujukan untuk nasabah dengan usia pertanggungan mulai dari 15 hari hingga 88 tahun. “Kami satu-satunya perusahaan asuransi yang meng-cover nasabah hingga usia 88 tahun,” ungkap Elin.
Keunggulan lain Sun MED adalah memberikan perlindungan manfaat kesehatan yang komprehensif. Maksudnya, asuransi tambahan ini turut menanggung biaya perawatan setelah nasabah melakukan rawat inap, misalnya biaya fisioterapi penderita stroke.


Nilai pertanggungan kurang mencukupi

Dinda  (37 tahun), wanita single yang bekerja di sebuah perusahaan Swasta , memang telah mengantongi polis asuransi kesehatan dari kantor tempatnya bekerja. Tapi, masalahnya apakah nilai pertanggungan asuransinya atau proteksi sudah mencukupi? Dinda  hanya menggelengkan kepala saat ditanya hal itu.

pengalaman pahit soal proteksi asuransi yang tidak memadai. Diceritakannya, beberapa waktu lalu dia harus menjalani operasi tumor payudara, bahkan dirujuk ke rumah sakit di Singapura. Celakanya, biayanya pun membengkak. “Pengobatan saya di luar negeri menghabiskan dana puluhan juta, sementara nilai proteksi asuransi dari kantor cuma makimal Rp 10 juta,” kenangnya pilu.
Nah, pelajaran dari musibah itu, 

dirinya harus memproteksi diri dengan nilai pertanggungan yang memadai. Itulah sebabnya, sejak saat itu dia membeli lagi polis asuransi kesehatan yang dibayar secara pribadi. “Asyiknya produk asuransi saya itu juga bermuatan investasi. Namanya unit link, benefit-nya ganda: proteksi sekaligus investasi, 

Bayar preminya sekitar Rp 300 ribu per bulan,” dia menuturkan. Sekarang, Fitri sudah berkeluarga dan Rencananya, dia dan suami akan menambah polis asuransi jiwa dan kesehatan bila sudah memiliki momongan.



Kisah yang dialami dinda sering kita jumpai di kalangan masyarakat Indonesia. Ini masalah klasik. Banyak masyarakat yang tidak memiliki asuransi. Kalau pun sudah punya asuransi, faktanya proteksinya tidak mencukupi.

Ironisnya, ketika musibah itu datang, aktivitas penderita atau pencari nafkah utama terancam terganggu karena harus menjalani pengobatan yang membutuhkan biaya tak terduga. Akibatnya, orang-orang tercinta kena dampaknya. Di sisi lain, biaya pengobatan terus membengkak. Bahkan, di Indonesia dalam dua tahun terakhir terjadi peningkatan 10-14% (Global Medical Trends Survey Report tahun 2011 dari Towers Watson).

Tidak bisa dipungkiri penetrasi asuransi jiwa kita masih rendah, karena mayoritas masyarakat belum paham manfaatnya. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, mengatakan, kecilnya penetrasi asuransi jiwa itu karena masyarakat masih belum yakin bahwa masa depannya akan terjamin dengan masuknya mereka ke asuransi. Menurutnya, Indonesia berpenduduk ke-4 terbesar di dunia (238 juta jiwa), tapi penetrasi asuransinya masih di bawah 5%.

Betul, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah, sekitar 1-2% dari total populasi yang insurable, yaitu sekitar 29-30 juta orang. Sedangkan pertumbuhan industri asuransi secara keseluruhan tahun 2012 sekitar 19-25%.
Pepatah bilang ada sebab, ada musabab. Begitu halnya minimnya peserta asuransi. Mengapa masyarakat enggan berasuransi? Banyak sebab, pakar asuransi pun angkat bicara. 

Menurut Profesor Hasbullah Thabrany, Guru Besar Universitas Indonesia, rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan sistem jaminan sosial yang tidak diwajibkan. Persepsi masyarakat Indonesia masih menganggap risiko itu di tangan Tuhan. Mayoritas masih berpikiran jangka pendek dan belum peduli resiko.



Pentingnya asuransi

Hidup adalah risiko. Sejak kita dilahirkan di dunia hingga ajal datang menjemput, hidup kita selalu dibayangi risiko. Lihat saja mulai dari kita bangun tidur dengan melakukan berbagai aktivitas di rumah, sekolah, kantor, mal, atau berbagai tempat lain tidak luput dari ancaman risiko. Bahkan, saat kita menjelang tidur pun tidak bisa menghindar dari risiko

Risikonya apa saja? Mulai dari risiko gangguan kesehatan, kehilangan nyawa, kecelakaan, kehilangan harta benda, kebakaran, kebanjiran hingga bencana alam. Risiko tersebut bisa menyerang diri kita sendiri, anggota keluarga, kelompok atau perusahaan. Ironisnya, semua risiko itu datang secara tiba-tiba.

Nah, untuk mengalihkan risiko-risiko itu dibutuhkan perlindungan atau proteksi. Bagaimana caranya? Kita cukup membeli asuransi sejak dini agar mendapatkan proteksi yang maksimal, misalnya asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.

Asuransi jiwa adalah proteksi yang menanggung jiwa kita. Banyak manfaat asuransi jiwa, di antaranya: meminimalkan risiko yang tak diduga, keluarga lebih terjamin jika terjadi sesuatu pada kepala keluarga karena ada dana cadangan untuk membantu. Selain itu, banyak fasilitas memudahkan bisa didapatkan. 

Asuransi jiwa kini banyak digabung dengan berbagai perencanaan lain dan investasi yang bisa membantu saat-saat sulit di masa depan.
Manfaat lain?  Menenteramkan pikiran. Bagi yang menjadi kepala keluarga, adanya asuransi jiwa bisa membuat pikiran lebih tenteram karena akan ada dana cadangan bila terjadi sesuatu kelak. Dengan begitu, kerja bisa lebih tenang dan hasil pun lebih maksimal.

Mengapa masyarakat kita belum melek asuransi? Sebabnya, orang Indonesia masih menganggap asuransi sebagai barang mewah. Asuransi dinilai hanya dapat diraih seiring dengan peningkatan penghasilan. Padahal, biaya pengobatan di Indonesia telah naik 10-14% selama 3 tahun terakhir. Biaya tersebut akan terus meningkat dalam 5 tahun ke depan. Nah, melalui asuransi jiwa, masalah atau kendala itu bisa ditekan, bahkan diatasi tuntas.